Profesor Yunahar termasuk tokoh Muhammadiyah yang istiqomah menentang sekularisme, pluralisme dan liberalisme, baik di tingkat nasional maupun di internal Muhammadiyah sendiri. Seringkali dalam beberapa kesempatan, ia menyampaikan ketegasannya akan ketiga isu tersebut. Menariknya, ia menyampaikan ketidaksepakatannya itu dengan cara yang santun dan rasional.
Menurut Yunahar, meski paham tersebut belum berpengaruh banyak pada Muhamamdiyah, namun warga Muhammadiyah tidak boleh meremehkannya. Sesuatu yang buruk jika dikemas dengan baik dan terus menerus dipromosikan, lama-lama akan diterima juga oleh masyarakat,jelasnya sambil mengingatkan warga Muhammadiyah agar hati-hati dengan paham tersebut.
nahar tidak ingin persyarikatan yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini tercemari oleh paham-paham yang jelas bertentangan dengan Islam.
Karena itu menjadi tugas berat ketua Muhamamdidyah ke depan untuk menjaga risalah atau keotentikan persyarikatan ini sebagaimana yang diinginkan oleh pendirinya, yaitu KH. Ahmad Dahlan.
Ke depan, hal-hal apa yang perlu dijaga oleh Muhammadiyah?
Yang perlu dijaga oleh Muhammadiyah adalah sesuatu yang tidak boleh berubah yang bersifat tsawabit, yaitu pertama masalah aqidah. Kedua masalah ibadah mahdah yang tidak boleh dikurangi dan ditambah-tambah. Jika ditambah menjadi bidah dan jika dikurangi menjadi batal. Ketiga, nilai-nilai ahlak yang berkaitan dengan nilai baik dan buruk yang sudah ada dalam al-Quran dan Sunnah.
Konkritnya seperti apa?
Dalam masalah aqidah, Muhammadiyah harus tegas. Segala sesuatu yang mengancam tauhid atau aqidah harus dilawan oleh Muhammadiyah. Kalau dulu syiriknya bersifat tradisional, kini lebih modern. Sekarang ini muncul paham sinkretisme agama, sintetisme atau pluralisme agama yang meyakini bahwa semua agama benar.Paham-paham ini jelas merupakan ancaman bagi Muhammadiyah karena mengancam tauhid Islam.
Berkaitan dengan masalah ibadah dan ahlak seperti apa?
Saat ini berkembang juga paham yang ingin memurnikan Islam sebagaimana zaman Rasulullah. Mereka ingin Islam seperti pada abad pertama Hijriyah. Sesuatu yang bersifat budaya seperti mimbar masjid atau pakaian yang tidak sama dengan apa yang digunakan pada jaman nabi dianggap bidah. Mereka memaknai bidah tidak hanya dalam masalah ubudiyah tapi juga diperluas ke wilayah budaya.
Adapun yang berkaitan dengan masalah ahlak yaitu berkaitan budaya asing yang saat ini mengancam ahlak umat Islam. Sebagai contoh, salaman bahkan berciuman dengan lain jenis yang bukan mahram sudah biasa. Orang yang tidak mau salaman dengan dengan lian jenis yang bukan mahram bahkan dianggap fundamentalis.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh Muhammadiyah ke depan?
Melakukan kaderisasi. Harus diakui bahwa kaderisasi di Muhammadiyah memang menurun. Ibarat orang kaya, Muhammadiyah ini tidak mampu mendidik anaknya dengan baik. Meski punya gedung yang mewah dan fasilitas yang memadai, namun kaderisasi terhadap anak-anaknya tidak berjalan dengan baik. Akibatnya banyak anak-anak Muhammadiyah yang lebih senang di rumah orang lain daripada di rumah sendiri. Inilah yang saya takutkan ke depan. Karena itulah ke depan, siapa saja yang memimpin Muhamamdiyah harus memperhatikan masalah ini dengan serius. Sebab kalau tidak, Muhammadiyah nanti hanya manjadi NGO yang hanya melakukan pelayanan sosial dan pendidikan, tapi kehilangan cita-cita dan ruh.
Apa target dari kaderisasi itu?
Muhammadiyah itu kan ormas islam yang membawa nilai-nilai Islam. Orang yang berada di dalamnya otomatis harus paham betul tentang islam. Dengan kata lain, Muhamamdiyah harus memiliki banyak orang yang ahli dalam bidang agama. Sedang kenyataannya saat ini yang banyak adalah cendekiawan dibanding ulama.
Apa yang dilakukan Muhammadiyah untuk mencapai itu?
Kita saat ini sudah membuka pesantren mahasisiwa seperti di Universitas Muhammadiyah Surakarta maupun di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dari sinilah diharapkan aka lahir para ulama yang memahami Muhammadiyah dengan baik. Intinya saya ingin Muhamamdiyah tetap eksis, baik dari kualitas maupun kuantitas dengan tetap terjaga identitasnya.
Menurut Yunahar, meski paham tersebut belum berpengaruh banyak pada Muhamamdiyah, namun warga Muhammadiyah tidak boleh meremehkannya. Sesuatu yang buruk jika dikemas dengan baik dan terus menerus dipromosikan, lama-lama akan diterima juga oleh masyarakat,jelasnya sambil mengingatkan warga Muhammadiyah agar hati-hati dengan paham tersebut.
nahar tidak ingin persyarikatan yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini tercemari oleh paham-paham yang jelas bertentangan dengan Islam.
Karena itu menjadi tugas berat ketua Muhamamdidyah ke depan untuk menjaga risalah atau keotentikan persyarikatan ini sebagaimana yang diinginkan oleh pendirinya, yaitu KH. Ahmad Dahlan.
Ke depan, hal-hal apa yang perlu dijaga oleh Muhammadiyah?
Yang perlu dijaga oleh Muhammadiyah adalah sesuatu yang tidak boleh berubah yang bersifat tsawabit, yaitu pertama masalah aqidah. Kedua masalah ibadah mahdah yang tidak boleh dikurangi dan ditambah-tambah. Jika ditambah menjadi bidah dan jika dikurangi menjadi batal. Ketiga, nilai-nilai ahlak yang berkaitan dengan nilai baik dan buruk yang sudah ada dalam al-Quran dan Sunnah.
Konkritnya seperti apa?
Dalam masalah aqidah, Muhammadiyah harus tegas. Segala sesuatu yang mengancam tauhid atau aqidah harus dilawan oleh Muhammadiyah. Kalau dulu syiriknya bersifat tradisional, kini lebih modern. Sekarang ini muncul paham sinkretisme agama, sintetisme atau pluralisme agama yang meyakini bahwa semua agama benar.Paham-paham ini jelas merupakan ancaman bagi Muhammadiyah karena mengancam tauhid Islam.
Berkaitan dengan masalah ibadah dan ahlak seperti apa?
Saat ini berkembang juga paham yang ingin memurnikan Islam sebagaimana zaman Rasulullah. Mereka ingin Islam seperti pada abad pertama Hijriyah. Sesuatu yang bersifat budaya seperti mimbar masjid atau pakaian yang tidak sama dengan apa yang digunakan pada jaman nabi dianggap bidah. Mereka memaknai bidah tidak hanya dalam masalah ubudiyah tapi juga diperluas ke wilayah budaya.
Adapun yang berkaitan dengan masalah ahlak yaitu berkaitan budaya asing yang saat ini mengancam ahlak umat Islam. Sebagai contoh, salaman bahkan berciuman dengan lain jenis yang bukan mahram sudah biasa. Orang yang tidak mau salaman dengan dengan lian jenis yang bukan mahram bahkan dianggap fundamentalis.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh Muhammadiyah ke depan?
Melakukan kaderisasi. Harus diakui bahwa kaderisasi di Muhammadiyah memang menurun. Ibarat orang kaya, Muhammadiyah ini tidak mampu mendidik anaknya dengan baik. Meski punya gedung yang mewah dan fasilitas yang memadai, namun kaderisasi terhadap anak-anaknya tidak berjalan dengan baik. Akibatnya banyak anak-anak Muhammadiyah yang lebih senang di rumah orang lain daripada di rumah sendiri. Inilah yang saya takutkan ke depan. Karena itulah ke depan, siapa saja yang memimpin Muhamamdiyah harus memperhatikan masalah ini dengan serius. Sebab kalau tidak, Muhammadiyah nanti hanya manjadi NGO yang hanya melakukan pelayanan sosial dan pendidikan, tapi kehilangan cita-cita dan ruh.
Apa target dari kaderisasi itu?
Muhammadiyah itu kan ormas islam yang membawa nilai-nilai Islam. Orang yang berada di dalamnya otomatis harus paham betul tentang islam. Dengan kata lain, Muhamamdiyah harus memiliki banyak orang yang ahli dalam bidang agama. Sedang kenyataannya saat ini yang banyak adalah cendekiawan dibanding ulama.
Apa yang dilakukan Muhammadiyah untuk mencapai itu?
Kita saat ini sudah membuka pesantren mahasisiwa seperti di Universitas Muhammadiyah Surakarta maupun di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dari sinilah diharapkan aka lahir para ulama yang memahami Muhammadiyah dengan baik. Intinya saya ingin Muhamamdiyah tetap eksis, baik dari kualitas maupun kuantitas dengan tetap terjaga identitasnya.
Posting Komentar